BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Kalau di tanyakan apakah belajar itu?. Maka jawaban yang kita dapatkan akan bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa yang di sebut perbuatan belajar itu adalah bermacam-macam. Definisi belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Karena itulah maka definisi yang kita jumpai banyak sekali.
Pengertian Belajar menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology (1961), Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Banyak aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut perbuatan belajar, misalnya mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru, menghafal syair, menghafal nyanyian, dan sebagainya.[1] Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu banyak macamnya. Untuk itu penulis akan berusaha membahasnya dalam pokok bahasan �Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar PAI �.
B. Perumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi belajar ?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar PAI.
2.Mengetahui dan Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:
1) Faktor Internal (faktor dari dalam), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor Eksternal (factor dari luar), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Jadi, Karena factor-faktor tersebut di ataslah, Muncul Siswa-siswa yang High-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional di harapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengerti fakto-faktor yang menghambat proses belajar mereka.[2]
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa)
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni:
1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya,dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, selain itu, siswa juga di anjurkan memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan secara teratur dan berkesinambungan.Hal ini penting sebab kesalahan pola makan �minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Khususnya yang di sajikan di kelas.
Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, anda selaku guru yang professional seyogyanya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodic) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi kekurangsempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-siswa tertentu ialah menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan mengapa mereka di tempatkan di depan kelas.
Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa-siswa tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self confidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi under-achiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas koqnitif mereka normal atau lebih tinggi daripada teman-temannya.[3]
Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, anda selaku guru yang professional seyogyanya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodic) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi kekurangsempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa-siswa tertentu ialah menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan mengapa mereka di tempatkan di depan kelas.
Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa-siswa tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self confidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi under-achiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas koqnitif mereka normal atau lebih tinggi daripada teman-temannya.[3]
b. Aspek Psikologis
Banyak factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Semua keadaan dan fungsi psikis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikis juga. Beberapa factor psikis yang utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, ialah:
1) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hamper seluruh aktivitas. Tingkat kecerdasan (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karna itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tinggkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua dan lain sebagainya.
Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negative seperti buderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang di sajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuan merasa terbendung secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang di alami rekannya yang luar biasa positif tadi.
Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya anda menaikkan kelasnya setingkat lebih tinggi daripada kelasnya sekarang. Apabila di kelas barunya dia merasa terlalu mudah juga, siswa tersebut dapat di naikkan ke tempat lebih tinggi. Begitu seterusnya, hingga dia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan sesuai dengan tingkat inteligensinya. Apabila cara tersebut sulit di tempuh,alternative lain yang dapat di ambil, misalnya dengan cara menyerahkan siswa tersebut kepada lembaga pendidikan khusus untuk para siswa berbakat.
Sementara itu, untuk menolong siswa yang berkecerdasan di bawah normal, tak dapat dilakukan sebaliknya yakni dengan menurunkan kekelas yang lebih rendah. Sebab cara penurunan kelas seperti ini dapat menimbulkan masalah baru yang bersifat psikososial yang tidak hanya mengganggu adik-adik lainnya.
2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang di bawanya pertanda awal yang baik bagi proses belajar belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negative siswa terhadap anda dan mata pelajaran yang anda sajikan, apalagi jika di iringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
3) Bakat Siswa
Hampir tak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat yang dimilki, akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak hal-hal yang selalu menghalangi untuk tercipatanya kondisi yang sangat diingini oleh setiap orang. Dalam lingkungan sekolah (SMP, SMA) belum semua sekolah memberi pelajaran pilihan bebas, yang memang sesuai dengan bakat anak-anak. Memang diakui alat pengukur bakat yang benar-benar dapat diandalkan sampai saat ini masih langka. Secara mudah, bila dijumpai murid-murid berprestasi sangat menonjol dalam bidang tertentu kiranya ini perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab ada kemungkinan anak tersebut mempunyai bakat dalam bidang itu.
Sehubungan dengan hal itu, bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tersebut. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada juruan keahlian tertentu tampa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga etidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
4) Minat
Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuata, jangan diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Karena persoalan yang biasa timbul ialah bagaimana mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat para pelajar atau bagaimana cara menentukan agar para pelajar dapat belajar sesuai dengan minatnya.
5) Motivasi
Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi belajar artinya bagaimana permulaannya seseorang itu mau belajar. Karena, belajar merupakan suatau keharusan. Keinginan untuk hidup sebagai manusia haruslah melakukan belajar. Belajar terjadi karena timbulnya kebutuhan. Kebutuhan inilah yang mendorong seseorang untuk belajar.Motivasi sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.Motivasi penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme,mengarahkan tindakan,serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu itu sendiri.[4]
Batasan mengenai motivasi sebagai the process by which behavior is energized and directed (suatu proses, dimana tingkah laku tersebut di pupuk dan di arahkan), para ahli psikologis memberikan kesamaan antara motivasi dengan needs(dorongan, kebutuhan). Dari batasan di atas, dapat di simpulkan, bahwa motivasi adalah yang melatarbelakangi individu untuk berbuat mencapai tujuan tertentu.[5]
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbulnya dari dalam orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau dorongan dari orang lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi instrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang dalam belajar daripada motivasi ekstrinsik.
6) Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan sesorang maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional, mudah putus asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan, dapat menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar. Kecerdasan emosional merupakan bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.[6]
7) Kemampuan kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar yang dimiliki oleh siswa. Perlu diketahui bahwa penalaran kognitif tidak akan berkembang dengan baik, tanpa adanya latihan. Untuk itu, belajar secara teratur akan meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di bagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Lingkungan Alami
Yaitu kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti: suhu udara, kelembaban udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk kejadian alam yang ada.
2. Lingkungan Sosial
Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, teman sekelas, masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi,dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Kondisi masyarakat yang serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Yang lebih banyak mempengaruhi ialah orang tua dan keluarga siswa.
Sifat-sifat orang tua,pengelolaan keluarga,ketegangan keluarga dan lain-lain dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai oleh siswa.
3. Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar dan waktu yang digunakan siswa. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference), seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli, hasil belajar tidak bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn et al, 1986).
Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference), seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli, hasil belajar tidak bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn et al, 1986).
Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan system memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
b. Faktor-Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan pengujiannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Factor inilah yang dapat dimanipulasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirancang. Faktor instrumental antara lain:
1) Kurikulum
Kurikulum sekolah yang belum mantap, dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama siswa yang terkena aturan perubahan kurikulum. Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap memungkinkan para siswa untuk dapat belajar lebih baik pula.
2. Program
Program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan yang jelas, akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikut program tersebut. Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya, dan kegiatannya membantu siswa dalam proses belajar.
3) Bahan atau alat yang di pelajari
Bahan atau hal yang dipelajari akan menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan akan menentukan pula kuantitas maupun kualitas belajar. Berbeda dalam prose, berbeda pula dalam hasil belajar.
4) Sarana dan fasilitas
Keadaan gedung/tempat belajar siswa, termasuk penerangan, fentilasi, dan tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Penerangan yang cukup, fentilasi yang memungkinkan pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan ruangan yang bersih akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar.Alat-alat pelajaran lengkap, perpustakaan yang memadai, koperasi, kantin, dan bursa buku merupakan factor pendukung keberhasilan dan kemudahan bagi para siswa.[7]
5) Guru/tenaga kerja
Kelengkapan jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Disamping itu, cara guru mengajar akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Kemampuan guru, kedisiplinan dan cara mengajar yang baik yang dimiliki oleh setiap guru, memungkinkan para murid belajar secara baik.
3.Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Srategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep (memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi) misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface(memusatkan rincian-rincian materi dan semata-mata memproduksi secara persis) atau reproductive (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). [8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah :
a. Faktor Internal siswa yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
b. Faktor Eksternal siswa yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa.
c. Faktor Pendekatan belajar siswa yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.
Adapun Faktor Internal itu meliputi dua aspek diantaranya aspek Fisiologis(yang bersifat jasmaniah) dan aspek Psikologis(yang bersifat rohaniah).sedangkan Faktor Exsternal terdiri dari dua macam yaitu factor lingkungan dan factor instrumental(factor yang adanya dan pengujiannya di rancang sesuai dengan hasil belajar yang di harapkan).
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep (memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi) misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface (memusatkan rincian-rincian materi dan semata-mata memproduksi secara persis) atau reproductive (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi).
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Lukmanul Hakim,Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2008.
Panji Anoraga, Psikologi Kerja, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
[1]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 230
[2]Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013), h. 146
[3] Ibid., h. 148
[4]Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 146
[5]Panji Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.34
[6]Masnur Muslich, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 151
[7]Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran,Bandung: CV Wacana Prima, 2008
[8]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 157
0 Response to "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar PAI (Pendidikan Agama Islam)"
Post a Comment